Seorang tukang sulap mempersembahkan kebolehannya di sebuah kapal mewah di lautan Caribia. Penontonnya selalu berganti setiap minggu tetapi dia tetap mengulangi trik-trik sulap yang sama. Masalahnya adalah, Seekor burung kakak tua yang pandai berkata-kata milik kapten kapal selalu melihat pertunjukannya setiap minggu dan mengetahui segala tipuan yang dilakukan oleh tukang sulap. Suatu malam ketika tukang sulap membuat pertunjukan, si burung berteriak di tengah-tengah pentas.
"Lihat.. !! Itu bukan topi yg sama !!"
"Dia menyembunyikan bunga-bunga itu di bawah meja !!"
"Hey... semua kartunya, daun A !! "
Si tukang sulap sangat marah tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Suatu hari kapal tersebut mengalami kecelakaan dan tenggelam. Si tukang sulap terapung-apung di tengah lautan di atas sebuah papan bersama si burung kakak tua. Mereka saling pandang memandang dgn penuh kebencian tapi tidak mengucapkan satu patah perkataan pun. Hal ini berlangsung berhari-hari. Si tukang sulap pun heran kenapa si burung tak mau terbang menyelamatkan diri. Setelah satu minggu, tiba-tiba si burung berkata.
"OK... saya menyerah!! Di mana kamu sembunyikan kapalnya ??"
Wednesday, May 11, 2011
Perangko
Disebuah negeri terdapat beberapa orang Raja yang memerintah. Raja-raja di negeri itu diperintah oleh seorang Perdana Menteri yang terkenal dengan kediktatorannya.
Pada satu hari Perdana Menteri tersebut meresmikan pembukaan kantor pos. Ketika beliau mengunjungi pameran tersebut, beliau terkejut kerana hampir semua perangko yang dipamerkan memakai gambar Raja. Beliau dengan angkuhnya memanggil kepala kantor pos dan menyuruhnya menggantikan foto Raja di perangko tersebut dengan wajahnya.
Selang beberapa hari beliau sangat bangga karana foto Raja tersebut telah tiada dan wajahnya yang tertera di situ. Setalah seminggu berlalu, beliau mendapat berita yang mengatakan surat-surat yang dikirim via pos tidak dipasang dengan perangko yang bergambar wajahnya.
Dengan marahnya beliau telah memanggil kepala kantor pos dan bertanya mengapa semua surat-surat tidak dipasang dengan perangko wajahnya. Kepala pos mengatakan bahwa perangko-perangko tersebut tidak melekat karena semua orang yang memakainya tidak meludah di belakang perangko sebaliknya meludah di bagian depan perangko.
Pada satu hari Perdana Menteri tersebut meresmikan pembukaan kantor pos. Ketika beliau mengunjungi pameran tersebut, beliau terkejut kerana hampir semua perangko yang dipamerkan memakai gambar Raja. Beliau dengan angkuhnya memanggil kepala kantor pos dan menyuruhnya menggantikan foto Raja di perangko tersebut dengan wajahnya.
Selang beberapa hari beliau sangat bangga karana foto Raja tersebut telah tiada dan wajahnya yang tertera di situ. Setalah seminggu berlalu, beliau mendapat berita yang mengatakan surat-surat yang dikirim via pos tidak dipasang dengan perangko yang bergambar wajahnya.
Dengan marahnya beliau telah memanggil kepala kantor pos dan bertanya mengapa semua surat-surat tidak dipasang dengan perangko wajahnya. Kepala pos mengatakan bahwa perangko-perangko tersebut tidak melekat karena semua orang yang memakainya tidak meludah di belakang perangko sebaliknya meludah di bagian depan perangko.
Nakal
Seorang guru perempuan bertanya pada muridnya yang bernama Amin. "Amin, 5 ekor burung di atas pohon dan seekor ditembak oleh pemburu, berapa ekorkah yang tinggal?"
Amin menjawab "Tidak ada yang tinggal bu".
"Jawaban sebenarnya ialah 4, tapi saya suka cara kamu berfikir" balas guru tersebut.
Amin kemudian berkata "Boleh saya pula yang bertanya?". Bu guru tadi mengangguk setuju.
"Tiga orang wanita makan es krim, wanita pertama menjilat bagian atas es krim, sedangkan wanita kedua memegang bagian krimnya dan menjilat krim terlebih dahulu dan wanita ketiga hanya memandang pada es krim tersebut. Wanita manakah yang telah kawin?"
Gurunya dengan terbata-bata menjawab "Wanita kedua!".
"Jawaban sebenarnya ialah wanita yang memakai cincin kawin. Tapi saya suka cara ibu berpikir" balas Amin santai.
Amin menjawab "Tidak ada yang tinggal bu".
"Jawaban sebenarnya ialah 4, tapi saya suka cara kamu berfikir" balas guru tersebut.
Amin kemudian berkata "Boleh saya pula yang bertanya?". Bu guru tadi mengangguk setuju.
"Tiga orang wanita makan es krim, wanita pertama menjilat bagian atas es krim, sedangkan wanita kedua memegang bagian krimnya dan menjilat krim terlebih dahulu dan wanita ketiga hanya memandang pada es krim tersebut. Wanita manakah yang telah kawin?"
Gurunya dengan terbata-bata menjawab "Wanita kedua!".
"Jawaban sebenarnya ialah wanita yang memakai cincin kawin. Tapi saya suka cara ibu berpikir" balas Amin santai.
pak Amat dan Ikan
Pada suatu hari pak Amat membawa pulang ikan lele dari pasar. Sesampai di rumah dia menyuruh istrinya menyiang ikan itu. Tanpa membantah istrinya mengambil dan melaksanakan perintah suaminya, tapi tiba-tiba beliau berkata :
Istri : “Pak, bagaimana menyiang ikan ini ? Masih hidup lagi..”
Pak Amat : “Apanya yang tidak bisa, pukul saja kepalanya biar mati.“
Istri : “Kalau kepalanya dipukul, kan kasihan..”
Pak Amat : “Kalau begitu, rendam saja dulu dalam air sampai lemas, ntar juga akan mati sendiri.”
Istri : ???
Istri : “Pak, bagaimana menyiang ikan ini ? Masih hidup lagi..”
Pak Amat : “Apanya yang tidak bisa, pukul saja kepalanya biar mati.“
Istri : “Kalau kepalanya dipukul, kan kasihan..”
Pak Amat : “Kalau begitu, rendam saja dulu dalam air sampai lemas, ntar juga akan mati sendiri.”
Istri : ???
Pak Amat dan Wartawan
Pada suatu hari pak Amat mengundang wartawan ke rumahnya, niat di hati hendak mengadakan jumpa pers karena beliau mempunyai sesuatu yang unik dan hendak ditunjukkan pada dunia. Para wartawan bertanya-tanya, ada apa gerangan.
“Lihatlah, saya menanam rambutan, tetapi yang tumbuh ubi kayu.” Kata pak Amat.
“Wah, ini benar-benar berita yang bagus.” Kata seorang wartawan.
“Coba ceritakan bagaimana kisahnya.”
“Beberapa bulan yang lalu, saya menanam rambutan di tempat ini, saya ingat betul karena saya menandai tempat ini.” Cerita pak Amat berapi-api.
“Pak Amat menandainya dengan apa ?” Tanya wartawan.
“Dengan batang ubi kayu..”
“Lihatlah, saya menanam rambutan, tetapi yang tumbuh ubi kayu.” Kata pak Amat.
“Wah, ini benar-benar berita yang bagus.” Kata seorang wartawan.
“Coba ceritakan bagaimana kisahnya.”
“Beberapa bulan yang lalu, saya menanam rambutan di tempat ini, saya ingat betul karena saya menandai tempat ini.” Cerita pak Amat berapi-api.
“Pak Amat menandainya dengan apa ?” Tanya wartawan.
“Dengan batang ubi kayu..”
Subscribe to:
Posts (Atom)