PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.
Wiriaatmadja (1977) mengartikan bahwa penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan (belajar-mengajar), yang dalam prakteknya mempergunakan cara-cara seperti peniruan, pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit sekali dilakukan sementara paksaan malahan dihindarinya. Kadang-kadang keadaan masyarakat memerlukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan makna penyuluhan secara teoritis. Hal demikian terpaksa diterima asal saja untuk kepentingan seluruh masyarakat, tidak lama kelangsungannya dan tidak bersifat menambah kesukaran atau penderitaan dari yang sudah ada.
Pembangunan pertanian adalah merupakan bagian integral pembangunan nasional dalam pengoperasiannya untuk mewujudkan peningkatan dan peran sektor pertanian dalam mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja, mempertahankan swasembada pangan serta penganekaragaman hasil-hasil pertanian.
Peranan sektor pertanian yang bermakna sentral bagi perekonomian nasional tersebut, terbukti dalam perjalanan pembangunan nasional telah dapat memberikan hasil yang optimal bagi bangsa kita. Oleh karena itu kita berupaya untuk meningkatkan kemampuan petani-petani agar mereka mampu memproduksi hasil-hasil pertanian yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Keberhasilan pembangunan pertanian tidak terlepas dari faktor sumberdaya manusia pertaniannya itu sendiri sebagai pelaku pembangunan pertanian dan kelembagaan yang merupakan tempat kegiatan pembangunan pertanian yang menghubungkan antara penyuluh pertanian dengan anggota kelompok tani maupun sebagai media di dalam mempercepat penyampaian teknologi dan informasi pertanian.
Pentingnya metode penyuluhan dalam menunjang keberhasilan penyuluhan pertanian menjadi hal yang perlu untuk diketahui secara komprehensif melalui pengalaman secara langsung di lapangan sebagai perbandingan empiris dari teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan mengenai kegiatan penyuluhan.
2. Tujuan
Adapun tujuan membuat rencana kerja penyuluh pertanian lapangan antara lain sebagai berikut :
a. Wahana untuk mempersatukan keinginan dalam menjalankan kegiatan pertanian antara penyuluh dengan petani.
b. Panduan atau acuan dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
c. Bahan untuk evaluasi sejauh mana kegiatan penyuluh pertanian telah barjalan dan sekaligus mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam mencapai tujuan.
d. Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan Pemerintah Daerah dalam menyusun program pembangunan.
3. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dalam pembuatan program ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan perilaku, sikap dan ketrampilan para petani yang telah tergabung dalam suatu wadah kelompok tani, sehingga mampu mengelola usahataninya dengan baik.
b. Dengan meningkatnya sumberdaya manusia pertanian diharapkan mampu meningkatkan produksi usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
BAB II
KEADAAN UMUM WILAYAH
I. Biofisika
1. Deskripsi Wilayah
Wilayah kerja kunjungan dan supervisi Penyuluhan Pertanian adalah 3 Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng.
Data luas areal wilayah kerja kunjungan dan supervisi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Luas Areal Wilayah kerja kunjungan dan supervisi Tahun 2009
No | Nama Kecamatan | Luas Lahan | |||
Sawah | Pekarangan | Tegalan | Perkebunan | ||
|
|
|
|
|
|
1 | Kuala Batee | 6.255 | 1.142 | 3.276 | - |
2 | Jeumpa | 680 |
|
| - |
3 | Manggeng | 2.507 | 2.039 | 1.431 | - |
Jumlah | 8.762 | 3.181 | 4.707 | 0 |
Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009
2. Karakteristik Tanah dan Air
Data keasaman tanah (pH) di wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng belum tersedia data yang konkrit, sebagai dugaan dengan merujuk kepada keadaan vegetasi yang dominan di ketiga Kecamatan tersebut sebagai berikut : pH 4,2 s/d 7,5, kemiringan 8,17 dan kedalaman gambut 1,5.
3. Curah Hujan Rata-rata
Curah hujan sangan berpengaruh dan berguna untuk menetapkan keputusan pola tanam dan pemilihan komoditi dan varietas serta mengetahui keadaan air sepanjang tahun. 2008 Rata-rata curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Curah Hujan Rata-rata
Tahun | Curah Hujan (mm) | Hari Hujan (hr) | Bulan Basah | Bulan Kering |
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 | 4144.7 4349.6 4307 3705 4397 2642 5181 3329 4235 3636.9 3994 3698.5 | 134 157 125 125 136 121 133 137 154 132 136 127 | 12 9 10 11 9 7 11 8 12 9 10 11 | - 3 2 1 3 2 - 2 - 3 2 1 |
Jumlah Rata-rata | 47.619,7 3968.3 | 134.75 86,62 | 119 9,91 | 19 1,58 |
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan 2008.
4. Luas Pemilikan Lahan
Adapun luas pemilikan lahan di Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng sebagai berikut :
Tabel 3. Luas Lahan Menurut Jenis Pengairan
No | Kecamatan | Luas ( Ha ) | ||||
Teknis | Semi Teknis | Sederhana | Tadah Hujan | Jumlah | ||
1 | Kuala Batee | - | 1.144 | 1.283 | - | 2.428 |
2 | Jeumpa | - | 5 | 813 | - | 818 |
3 | Manggeng | - | 1,008 | 617 | - | 1.625 |
Jumlah | 0 | 2.157 | 1.900 | - | 4.053 |
Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009
5. Luas Pemilikan Lahan Kering
Luas Pemilikan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Pemilikan Lahan Kering
No | Kecamatan | Luas ( Ha ) | Jumlah (Ha) | |||
Pekarangan | Tegalan | Ladang/ Huma | Tidak Diusahakan | |||
Kuala Batee | 1,142 | 3,276 | - | 26,827 | 31,245 | |
2 | Jeumpa | 10.142 | - |
|
|
|
3 | Manggeng | 2,039 | 1,431 | - | 5,481 | 8,951 |
Jumlah | 13.323 | 4,707 | 0 | 32,245 | 40,196 |
Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009
6. Sumber Daya Manusia
Dalam rangka pembangunan pertanian, selain sumber daya alam sebagai modal utama, sumber daya manusia merupakan faktor pendukung dalam upaya mempercepat proses peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Untuk mengorganisasi sumber daya manusia agar lebih berhasil guna perlu dibentuk dalam wadah kelompok tani.
Sumber daya manusia sangat mempengaruhi dalam kegiatan pertanian. Dalam hal ini sumber daya manusia sebagai pelaku. Pembangunan sangat tergantung pada aspek jumlah sumber daya manusia dan mutu sumber daya manusianya. Data jumlah penduduk dan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan.
No | Nama Kecamatan | Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan | ||||||
Industri RT | Petani | Nelayan | Pedagang | Pegawai | Swasta | Lainnya | ||
1 2 3 | Kuala Batee Jeumpa Manggeng | 52 58 - | 2.884 1.354 1.188 | 53 54 387 | 375 184 364 | 224 136 261 | 295 581 600 | 160 49 287 |
Jumlah | 110 | 5.426 | 494 | 923 | 621 | 1.476 | 496 |
Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No | Nama Kecamatan | Laki-laki | Perempuan | Jumlah (jiwa) |
1 2 3 | Kuala Batee Jeumpa Manggeng | 8.725 4.792 6.686 | 9.466 4.865 6.767 | 18.791 9.657 13.453 |
Jumlah | 20.203 | 21.098 | 41.901 |
Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009
7. Karakteristik Kelompok Tani
Jumlah kelompok tani yang sudah terbentuk di Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng terdapat 110 kelompok tani. Dalam rangka menuju pertanian yang teguh dan mandiri, maka perlu mendapat perhatian dalam hal kelas kelompok tani dan pembinaan yang memadai untuk meningkatkan sumber daya kelompok tani.
Adapun data kelas kelompok tani dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Kelompok Tani Menurut Kelas Kelompok.
NO | Kecamatan | KELOMPOK TANI MENURUT KELAS | KET | ||||
PEMULA | LANJUT | MADYA | UTAMA | JUMLAH | |||
| | | | | | | |
1 | Kuala Batee | 22 | 39 | 6 | 4 | 71 | |
2 | Jeumpa | | 6 | 3 | 1 | 10 | |
3 | Manggeng | 8 | 11 | 7 | 3 | 29 | |
| | | | | | | |
Jumlah | 30 | 56 | 16 | 8 | 110 | |
BAB III
MASALAH DAN PEMECAHANNYA
1. Masalah
Masalah yang dimaksud disini adalah kesenjangan antara keadaan dengan tujuan yang ingin dicapai. Masalahnya yang terjadi di lapangan secara umum dapat ditinjau dari aspek ekonomi, teknis dan sosial.
Dalam hal ini ada beberapa masalah yang dihadapi para petani dalam mengelola usahataninya sebagai berikut :
a. Masalah lemahnya permodalan para petani dalam berusahatani.
b. Masih kurangnya kesadaran petani dalam hal pola tanam serentak khusus tanaman padi, sehingga tanaman sering diserang hama.
c. Kerjasama di tingkat anggota tani dalam kelompok masih kurang.
d. Masih kurang yakinnya petani dalam keberhasilan program go organik, sehingga mereka enggan melaksanakan pertanian organik.
e. Masih kurang kesadaran petani dalam mencari informasi baru.
2. Pemecahannya
Untuk keberhasilan program kerja penyuluhan pertanian di wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng , maka diperlukan upaya-upaya pemecahan masalah yang timbul dalam satu tahun anggaran secara berkesinambungan. Upaya-upaya pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Untuk membantu permodalan para petani diupayakan melalui dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan Program-program lain yang bisa diusahakan serta perlu juga ada tabungan kelompok tani.
b. Adanya kesepakatan dalam hal penanaman serentak yang disepakati oleh keujreun blang dan ditindaklanjuti di tingkat Kecamatan oleh Muspika agar tercapai penanaman serentak.
c. Melakukan kunjungan dan memberikan bimbingan kepada anggota tani yang bernaung di wadah kelompok tani.
d. Memberikan Pelatihan-pelatihan kepada petani tentang pola Sistem of Rice Intentification (SRI) / Acong organic serta mempraktekkannya langsung sehingga para petani yakin dan mau melaksanakannya di masa-masa mendatang.
e. Memberikan dorongan kepada kelompok tani agar mau mencari informasi baru melalui penyuluhan secara terus menerus.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng pada tahun 2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Rencana kerja penyuluhan pertanian ini merupakan pedoman dan petunjuk arah dalam penyelenggaraan tugas-tugas penyuluh di lapangan.
b. Rencana kerja ini sebagai pedoman dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan juga sebagai tolak ukur sejauh mana kegiatan penyuluh pertanian telah berjalan dan permasalahan apa saja yang dihadapi selama satu tahun anggaran dan mengevaluasi tahun yang akan datang.
2. Saran
Program kerja ini telah disusun dengan segala kemampuan yang ada. Namun masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu diharapkan dari instansi terkait agar dapat mendukung demi terwujudnya rencana kerja yang lebih sempurna.