Sunday, December 27, 2009

Inilah aku..

Entah apa yang ingin aku tulis hari ini, tak ada ide apapun selain Cuma ingin mengungkapkan apa yang sedang aku rasakan. Aku memulai menulis ini dengan harapan ada ide yang muncul saat aku sudah mulai menulis. Tapi sampai ini udah tiga baris belum satu idepun muncul dan membutku bisa memperpanjang tulisan ini..

Hemmm..

Sebuah kata yang selalu aku ungkapkan di setiap komunikasi tulis ma teman-teman di saat aku gak tahu berkata apa atau saat aku ingin mengatakan ’no comment.’

ORANG BIJAK BERBICARA

- Membuat manusia hidup sehari berilah ia nasi

- Membuat manusia hidup sebulan berilah ia gandum dan ajari membuat roti

- Membuat manusia hidup sepuluh tahun ajarilah bercocok tanam gandum

- Membuat manusia hidup bergenerasi ajarilah mengembangkan manusia

Berbicara soal pengembangan manusia, tak bisa lepas dari yang namanya pendidikan. Aku sedikit tersentuh membicarakan ini, aku yang selama ini selalu mengimpikan agar bisa sekolah dan sampai saat ini belum bisa aku capai, meski udah dapat gelar Sarjana Pertanian dari Universitas Abulyatama Aceh.

Mungkin seperti yang selalu di dengung-dengungkan oleh KH. Zainuddin. MZ dalam setiap kesempatan ceramahnya, bahwa sifat manusia selalu gak pernah merasa puas. Andai diberi uang seribu pengen lima ribu, andai diberi lima ribu pengen sepuluh ribu dan seterusnya. Mungkin seperti itu yang aku maksud dalam ”mimpi ingin sekolah” selama ini. Tapi, apa mungkin seperti itu..?

Tidak kawan, (mengutip gaya bahasa bang Andrea Hirata)..

Bukan sifat tamak yang seperti itu yang aku maksud selama ini. Sama sekali bukan. Aku mengimpikan sekolah yang benar-benar sekolah, sekolah yang benar-benar menuntut ilmu dalam arti yang sebenarnya. Aku selama ini tidak pernah bercerita tentang urutan pendidikanku, baiklah aku ceritakan sedikit disini.

Aku menamatkan sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Alue Sungai Pinang, kira-kira tahun 1992. Di tahun yang sama aku melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) I Blangpidie dan selesai tahun 1995. Pada saat di kelas III SMP ini aku selalu meminta pada orang tuaku agar aku di sekalahkan di STM (Sekolah Teknik Mesin) yang saat itu cuma ada di Meulaboh (Aceh Barat) atau di Banda Aceh. Tapi nak, orang tuamu tidak punya uang...

Meski harus menggelapkan mimpi sekolah di STM, keluarga besarku tetap menginginkan aku melanjutkan sekolah, karena (Insya Allah) aku dibanding dua orang kakakku lebih berpotensi untuk sekolah. Wawak Hasan di Ie Mirah menginginkan aku untuk melanjutkan ke Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang saat itu ada di Tapaktuan (Aceh Selatan), sama seperti saran Cek (Paman) Kasmadi. Cek Muchtaruddin menyarankan aku agar sekolah di Politeknik - sebenarnya Sekolah Menengah Teknik Pertanian (SMT-P) - Kluet Utara (Aceh Selatan), sama seperti permintaan abang ipar dan kak Kamaliah.

Alasan dari masing-masing mereka, Cek Kasmadi menginginkan aku jadi perawat karena beliau adalah seorang mantri kesehatan, tapi aku merasa kalau orang tuaku tak akan sanggup membiayai sekolahku di SPK. Cek Muchtaruddin dan bang Zainuddin memintaku sekolah di SMT Pertanian karena lokasi sekolah tak jauh dari rumah mereka, jadi soal biaya sekolah dan biaya sehari-hari bisa dibantu ala kadarnya.

Aku bingung memilih antara pilihan keluarga yang bermacam-macam atau pilihanku sendiri yang tak diizinkan. Cek Kasmadi dan Wak Hasan memaparkan prospek setelah tamat SPK dengan berapi-api, bagaimana nanti aku akan jadi dokter dan bisa mengobati keluarga, bagaimana nanti aku akan dibutuhkan oleh semua orang dan rezeki melimpah. Aku sempat bimbang mempertimbangkan ini.

Bang Zainuddin dan Cek Muchtaruddin menyemangati aku agar sekolah di Pertanian, kata mereka disitu tinggal di asrama dan ada kegiatan ekstra kurikuler berupa kegiatan pramuka. Aneh, justru dua alasan terakhir yang menyebabkan aku akhirnya memilih untuk melanjutkan sekolah ke SMT Pertanian. Alasan karena tinggal di asrama dan kegiatan pramuka.

-- Sedikit balik ke belakang, saat aku masih sekolah di Madrasah, aku bercita-cita ingin jadi ABRI. Saat itu aku sangat senang melihat orang-orang yang berpakaian militer, berbaris memegang senjata, mendaki gunung, memanjat tebing, terjun payung, bergelantungan di tali temali, berperang di medan laga dan lain-lain. Aku sangat ingin jadi tentara. Gagah, begitulah pikirku. Setiap ada yang bertanya tentang cita-cita, aku selalu dengan bangga mengatakan bahwa cita-citaku jadi ABRI. Tapi, cita-cita ini dibantah keras oleh Wak Hasan di Ie Mirah, beliau selalu menakut-nakuti aku. Beliau menceritakan bagaimana beratnya latihan tentara, bagaimana beliau melihat sendiri tentara disuruh meloncat oleh komandan dari mobil yang lari dengan kecepatan tinggi, bagaimana ngeri-nya tentara yang dipaksa melompat dari ketinggian tertentu saat terjun payung, dan sebagainya.

Inti dari semua itu, beliau tidak menginginkan aku jadi tentara, - setelah dewasa aku mensyukuri larangan ini – walau aku juga tidak mau jadi perawat seperti yang beliau inginkan. Cita-cita kecil inilah yang membuatku sampai sekarang (tamat SMP) masih terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau tentara, salah satunya pramuka --

Akhirnya aku memilih untuk melanjutkan sekolah ke SMT Pertanian, yang biaya masuk dibantu oleh paman Muchtar. Setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun disana, aku diundang untuk ikut Pelatihan Manajemen yang diadakan oleh Lembaga Pelatihan Manajemen (LPM) Ipwikon Jasindo, Yogyakarta.


nanti aku lanjutkan..

Sunday, December 20, 2009

Menjual Keperawanan

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang
petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan
pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah
langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang
agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus
dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya
tapi,wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak
ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri.
Adakah seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai
berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari
mangsa di hotel ini.
Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:
'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "
'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
'' Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud, bapak? "
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang,
izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ''
Kata wanita itu dengan suara lambat.
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu.
Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawabrosur.
'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
tangannya. Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada
secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu
melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di koridor hotel itu terdapat
kursi yang hanya untuk satu orang. Disebelahnya ada telepon antar
ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi
penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
'' Setinggi-tingginya. .' ''
' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
'' Saya masih perawan ''
'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat.
Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih
hari ini.
Pikirnya '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan ...''
'' Kalau tidak terbukti? "
'' Tidak usah bayar ...''
'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik
kekiri dan ke kanan. '' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang
ingin membeli keperawanan anda. '' '' Cobalah. ''
'' Berapa tarif yang diminta? ''
'' Setinggi-tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
'' Baiklah.. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.''
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
'' Saya ingin yang lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.Tak berapa
lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila
anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau
andai perawananda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan
mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan
menikmati layanan hotelberbintang untuk semalam dan keesokan paginya
anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda
juga telah berbuat baikterhadap saya. Karena saya akan mendapatkan
komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama
butuh ... ''
'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.'' Baiklah,
saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing
mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap
mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel
itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur
tersenyum menatap mereka berdua.
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu...'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
'' Rp.. 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam.''
Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawabanbagus dari wanita itu.
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ''
'' Tentu! ''
'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia
pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat
wanita itu merasa nyaman bersamanya.
'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria
yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita
melaluinya. Sudahsekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun,
tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara
lewat telepongenggamnya.
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah
itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.Wajah pria itu
nampak masam seketika
'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan
wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada
kekesalan di wajahpria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? ''
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah
wanita tadi. Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan
peluang ini.
"Dia masih perawan..''
Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter.
'' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.'' '
'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas. Pria itu menyalami hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan
uang kepada petugas satpam itu. Wanita itu mengikuti pria itu menuju
kamarnya.
Di dalam kamar ...'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu? ''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''
'' Hanya itu ...''
'' Ya ...! ''
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu.. Nampak terlalu muda untuk
menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula
menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung
gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini
sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan
untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal.. Wanta ini tidak melawan
gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada
kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan
selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara
terhormat.
'' Siapa nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
'' Ada ! " Kata pria itu seketika.
'' Sebutkan! ''
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari
kamu.Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu
ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil
menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
'' Saya tidak mengerti ...''
'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya .Dia menikmati
semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu
memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi
hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang
gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan
yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
'' Dan, apakah bapak ikhlas....? ''
'' Apakah uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''
'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ...Tapi lebih dari seminggu
saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit
dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual
kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula
pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat
untuk sebuah keyakinan ... ''
'' Keyakinan apa? ''
'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
yang akan menjaga kehormatan kita .... '' Wanita itu kemudian melangkah
keluarkamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
'' Kesadaran... ''
... . .Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
'' Kamu sudah pulang, nak ''
'' Ya, bu ... ''
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual sesuatu, bu ... ''
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi
wanita muda itu hanya tersenyum ...Hidup sebagai yatim lagi miskin
terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah
ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang
berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa
dielakan.. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan.
....
'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya jual... ''.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan
berkata kepada supir taksi:
'' Antar kami kerumah sakit ...''

Sumber : Indocerpen sites

Kisah Mengharukan Anak Yang Mencoret Mobil Ayahnya

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Sumber : dikutip dari Indocerpen sites dari milis EMBA

Sunday, December 13, 2009

Cara dapat duit dari facebook

(jujur, ini aku copy..)

Bagi yang hobi ingin berbagi file seperti foto maupun sofware program kepada teman-teman anda di komunitas anda seperti FB, friendster dan 12frenz tetapi bingung bagaimana cara agar mereka dapat menerima software atau pun berkas yang berupa doc,xls pokonya apa aja deh yang akan kita kirimkan karena teman anda jauh dari anda :lol: dan hitung-hitung mendapatkan tambahan uang belanja anda.Untuk membantu kesulitan anda saya akan memberikan sedikit solusi untuk dengan ziddu, nah mau tahukan Cara dapat duit dari facebook atau cara menjadikan facebook mesin uang dengan perantara ziddu ? silakan perhatikan langkah-langkahnya dibawah :


1. Silakan anda daftar dulu di ziddu

2. Setelah lengkap anda mengisi data-data yang diminta, silakan buka email yang anda daftarkan tadi untuk melakukan konfirmasi.

3. Nah untuk tahap ini silakan login terlebih dahulu dengan account ziddu yang telah anda buat tadi dan siapkan berkas yang akan anda kirim atau bagikan kepada teman-teman anda di komputer yang anda gunakan, lalu pada bagian pojok kanan dashboard ziddu cari tombol yang bertuliskan “UPLOAD FILE” lalu klik tombol tersebut.

4. Nah pada halaman ini silakan anda upload file yang mau anda kirim, dengan cara cari dimana anda menyimpannya di komputer lalu klik tombol upload dan tunggu sampai selesai proses upluadnya.

5. Bila prosesnya selesai nanti akan muncul link yang link tersebutlah yang bisa digunakan oleh teman-teman anda agar dapat mendownload file tersebut. Jadi link tersebut silakan anda letakkan pada postingan di facebook maupun frienster anda agar teman-teman maupun orang lain dapat mendownloadnya…..

Oh ya untuk kabar baiknya, jika ada banyak orang yang mendownload file yang telah anda upload tadi anda akan mendapatkan imbalan lho dari ziddu. Untuk melihatnya silahan lihat di halaman “My Earnings” jadi semakin banyak anda mengupload file dan banyak juga yang mendownloadnya semakin menumpuk dollar yang anda miliki.

Jadi tunggu apalagi silakan daftar dan upload file sebanyak banyaknya lalu bagikan kepada semua orang…..

Saturday, December 5, 2009

Sedekah

Tadi pagi, setelah bersiap-siap di rumah aku akan ke Desa Tetangga, Alue Pisang. karena ada urusan yang harus aku selesaikan di rumah pak Basidin. walau tidak semua selesai (karena satu dan lain hal), aku berniat hendak melihat pengumuman IIEF, sambil buka-buka email.
aku menyetop angkutan umum di depan rumah pak Basidin, di dalam angkutan sudah ada beberapa penumpang, mahasiswa Unmuha, dua orang tuna netra yang ditemani oleh ajudan pribadinya. aku sempat berpikir, tumben pagi ini anggkutan dipenuhi oleh tuna netra, apa mobil ini memang langganan mereka..?
di Gunung Cut, mobil di stop lagi oleh calon penumpang yang hendak mencari rezeki di tempat lain. dan, lagi-lagi yang naik tuna netra bersama sang ajudan. pikiranku kembali melayang tak tentu arah. aneh...
mobil melaju tanpa terjadi keanehan apapun lagi..
setelah melewati jalan panjang Cot Manee - Ikulhung, kami memasuki desa Padang Makmur yang artinya akan mengucapkan good bye untuk Kecamatan Jeumpa. Desa pertama Kecamatan Susoh adalah Ujung Padang, dari jembatan sudah terlihat keramaian di mesjid desa itu, aku sedikit berpikir, apa disitu terjadi kecelakaan..?
ternyata mereka berkumpul di mesjid, sedang bergotong royong. oh, ternyata cuma orang-orang yang lagi bergotong royong..
mobil dihentikan oleh beberapa pemuda, untuk meminta sumbangan ikhlas dari sopir dan para penumpang. seorang bapak-bapak menyodorkan kotak bekas mie instant ke dalam mobil, dimana aku duduk diapit oleh bapak-bapak yang tuna netra. aku mau memberikan sumbangan itu, tapi uang kecil yang ada di dompet cuma Rp. 5.000. uang itu sedianya akan aku gunakan untuk ongkos Rp. 3.000,- jadi sisanya Rp. 2.000.- tak apa kalau aku berikan untuk sedekah. tapi, malu rasanya harus meminta kembalian dari bapak itu..
bagaimana ini..?
di tengah kebingunganku dan ditengah pandangan penumpang yang saling memandang, bapak tua tuna netra di sebelah kananku, tanpa ragu mengeluarkan tumpukan uang dari kantong celananya, setelah sedikit meraba-raba untuk mencari uang seribuan, beliau menyodorkan uang itu kedalam kotak mie instant yang dari tadi tak ada yang mengisi..
Masya Allah, aku malu pada diriku sendiri... aku malu dan sangat-sangat malu dengan keadaan ini..
pak tua tuna netra itu mencari sedekah sepanjang hari, mengumpulkan koin demi koin untuk menyambung hidupnya. tapi begitu ikhlas (menurutku) memberikan sedekah pada orang lain pula.
beliau yang kehidupannya sangat jauh dari mapan, beliau yang kehidupannya harus disambung dengan meminta kemurahan hari orang lain setiap hari, begitu gampang dan mudahnya memberi sedekah. sementara aku..?
Ya Allah..
Kenapa aku begitu pelit dan harus berpikir ini itu untuk mengeluarkan uang yang (oleh Allah) telah diberikan dengan lebih mudah kepadaku...?

ach.. aku tak sanggup melanjutkan tulisan ini.. pikiranku masih kacau..

Putriku..

Putriku..
Saat pengambilan foto untuk Visa..

Putriku tercinta..

Putriku tercinta..

ponakan

ponakan
Keren..

Followers