Thursday, May 5, 2011

Lampu..

Pada suatu pagi, seorang dokter jiwa melihat pasiennya sedang melakukan sesuatu, ketika dihampiri ternyata si pasien sedang duduk di lantai menggergaji sebilah papan dengan tangan kosong. Temannya yang sama-sama gila terlihat sedang bergantungan di atas. Dokter mendekatinya dan bertanya apa yang sedang dibuat.
“Apa dokter tidak melihat, saya kan sedang menggergaji papan ini, mau dibelah dua.” Jawab si pasien dengan nada marah.
“Lalu, kawanmu kenapa pula bergelantungan seperti itu ?” Tanya dokter sambil menunjuk ke arah temannya.
“Oh, dia teman baik saya, tapi dia agak sedikit kurang waras. Dia pikir dia itu sebuah lampu.” Jawab sang pasien sambil terus sibuk menggergaji.
“Kalau memang kawan baikmu, kenapa kamu tidak menyuruhnya untuk turun. Ntar kalau sampai jatuh dan cidera, bagaimana..?” Tanya dokter lagi.
“Kalau dia turun, apa dokter pikir saya bisa bekerja dalam gelap...?’

Hari-mau..

Ketika sedang berjalan-jalan di sebuah kota, Ali bertemu dengan sahabatnya Abu, mereka sudah lama tidak bertemu.
Ali : “Sudah hampir lima tahun kita tidak bertemu, kenapa badanmu kurus sekali..?”
Abu : “Iyalah, istriku garang sekali, seperti harimau..”
Abu : “Tapi, kulihat kamu pun sangat kurus seperti aku, kenapa...?”
Ali : “Istriku lebih garang lagi, hari hari mau...”

Bencana Alam..

Pada suatu masa di pemerintahan Jepang, tiga orang Cina telah ditangkap karena menyelundup, yaitu A Meng, A Seng dan A Beng. Ketiganya akan dihukum mati dengan hukuman tembak, karena itu mereka berniat ingin melarikan diri. Lalu ketiganya menyusun rencana untuk melaksanakan niat tersebut. A Meng mengatakan bahwa tentara Jepang sangat takut terhadap bencana alam, karena itu supaya mereka bisa lari, harus melakukan sesuatu agar tentara Jepang itu panik.
Keesokan harinya, A Meng mendapat giliran pertama untuk ditembak, ketika regu tembak sudah siap dengan senjatanya, tiba-tiba A Meng berteriak..
“Gempa bumi.. Gempa bumi..”
Semua tentara Jepang itupun lari ketakutan dan A Meng pun ikut melarikan diri.
Beberapa hari berikutnya tiba giliran A Seng, saat regu tembak akan mengeksekusinya, dia berteriak...
“Banjir... Banjir....”
Semua tentara Jepang itupun mengambil langkah seribu, tak terkecuali si A Seng..
Giliran terakhir si A Beng, dia pun berpikir agar bisa lepas dari regu tembak. Saat mereka sudah siap di lapangan, A Beng berkata dalam hati, “Hmmmm, aku halus (harus) belteliak (berteriak) pada saat yang tepat, balu (baru) tentala (tentara) Jepang itu lali (lari). Ha,ha,ha.. Lupanya (rupanya) bodoh juga Tentala-tentala (tentara2) Jepang itu..”
Syahdan ketika regu tembak telah siap, dengan sekuat tenaga A Beng berteriak...
“Fire... Fire... Fireee....”
Tamatlah riwayat A Beng......

Pak Amat Pedagang Durian..

Pada musim durian pak Amat berencana untuk berdagang durian di pinggir jalan. Setelah mendapatkan persediaan durian secukupnya, maka di mendirikan tempat berjualan di jalan pinggir kampung.
Pada suatu ketika datanglah seorang pembeli dan menanyakan duriannya. Setelah proses negosiasi, pak Amat setuju untuk menjual semua durian tersebut, lalu beliau mengangkat semua durian itu kedalam mobil milik si pembeli.
Tiba-tiba pak Amat berhenti dan sambil marah-marah berkata :
Pak Amat : “Sepertinya saya tidak jadi menjual durian ini kepada anda.”
Pembeli : “Lho.. kenapa...? Tadi kan bapak sudah setuju dengan harganya, akan saya bayar semuanya.”
Pak Amat : “Kalau semuanya sudah anda beli, apa lagi yang harus saya jual “
Pembeli : “......????......”

Putriku..

Putriku..
Saat pengambilan foto untuk Visa..

Putriku tercinta..

Putriku tercinta..

ponakan

ponakan
Keren..

Followers