Saturday, January 30, 2010

fakta tentang Bayi...

( ini juga copyan..)

Tidak semua fakta mengenai bayi diketahui oleh masyarakat apalagi orangtuanya. Cari tahu fakta menarik apa saja seputar tingkah polah si bayi agar orangtua tidak terkaget-kaget.

Apapun latar belakang etnisnya, semua bayi dilahirkan dengan kulit yang berwarna agak merah muda akibat kulit bayi yang masih sangat tipis sehingga warna pembuluh darah terlihat.

Seperti dikutip dari Askamum, Selasa 26/1/2010) masih ada beberapa fakta lain yang jarang diketahui masyarakat, yaitu:

1. Bayi yang baru lahir mengenali ibunya melalui suara yang didengarnya saat dilahirkan, sekitar 14 hari kemudian baru belajar mengenali suara ayahnya.

2. Bayi yang baru lahir selalu dilahirkan dengan mata biru, tapi warna ini bisa berubah dalam beberapa menit setelah kelahiran.

3. Wajah bayi berubah sangat cepat, biasanya wajah bayi akan terlihat sangat berbeda dalam beberapa hari.

4. Bayi laki-laki maupun perempuan lahir dengan sedikit payudara yang membengkak. Ini dikarenakan bayi menerima asupan hormon perempuan dari plasenta sebelum kelahiran.

5. Bayi hingga usia 6-7 bulan bisa bernapas dan menelan pada waktu yang bersamaan, sedangkan orang dewasa tidak bisa.

6. Bayi tidak memiliki keringat karena kelenjar keringatnya belum berkembang secara sempurna.

7. Sidik jari baru akan terbentuk saat bayi berusia 3 bulan.

8. Bayi yang baru lahir hanya terfokus pada obyek yang berjarak 25 cm dari hidungnya, diperkirakan itu adalah jarak dari payudara ibunya ke mata si bayi.

9. Bayi sering terlihat sedang tersenyum saat di USG, tapi proses kelahiran merusak suasana hatinya sehingga bayi jarang sekali tersenyum selama sekitar 1 bulan setelah kelahiran.

10. Tak peduli tanggal berapa bayi tersebut lahir, tapi di tanggal yang sama dia akan berbagi ulang tahun dengan sekitar 9 juta orang lain di seluruh dunia.

11. Saat kelahiran otak bayi terdiri lebih dari 10 juta sel saraf.

12. Rata-rata bayi tidak akan mengeluarkan air mata saat menangis hingga berusia 3-6 minggu.

13. Tangan kanan atau kiri yang akan dominan digunakan oleh bayi sudah ditentukan sejak usia kehamilan 10 minggu di dalam rahim.

14. Berat kepala bayi yang baru lahir sebesar seperempat dari total berat tubuhnya.

15. Bayi yang baru lahir tidak akan memiliki tempurung lutut, bayi akan mengembangkannya pada usia antara enam bulan sampai satu tahun.

16. Bayi memiliki indra penciuman yang sangat kuat, sehingga bayi mudah mengenali ibunya melalui penciuman sendiri.

17. Satu dari sepuluh bayi yang lahir memiliki setidaknya satu tanda lahir.

18. Bayi bernapas lebih cepat dari orang dewasa yaitu sekitar 30-50 kali dalam 1 menit, sedangkan orang dewasa sekitar 15-20 kali dalam satu menit.

19. Bayi sering merasa gugup atau takut pada jenis makanan baru. Untuk mengatasinya cobalah bermain-main sedikit dengan makanan tersebut atau meletakkan sedikit makanan pada jari telunjuknya.

20. Jantung janin mulai berdetak 3 minggu setelah pembuahan.


Sumber : http://celebrity.detikyogyakarta.net dari http://yaokelah.blogspot.com

copian singkatan nama-nama kota

Sekedar pelepas penat dan menambah wawasan kita akan suatu Kota di sebuah Negara, ada baiknya kita kenal artinya yang merupakan kepanjangan hruf dari nama kota tersebut.Semoga bisa menjadi salah satu penambah perbendaharaan kosa kata kita

H.O.L.L.A.N. D
Hope Our Love Lasts And Never Dies

I.T.A.L.Y.
I Trust And Love You

L.I.B.Y.A.
Love Is Beautiful ; You Also

F.R.A.N.C.E.
Friendships Remain And Never Can End

B.U.R.M.A.
Between Us, Remember Me Always

N.E.P.A.L.
Never Ever Part As Lovers

I.N.D.I.A.
I Nearly Died In Adoration

K.E.N.Y.A
Keep Everything Nice, Yet Arousing

C.A.N.A.D.A.
Cute And N au ghty Action that developed into attraction

K.O.R.E.A.
Keep Optimistic Regardless of Every adversity

E.G.Y.P.T.
Everything’s Great, You Pretty Thing !

M.A.N.I.L.A.
May All Nights Inspire Love Always

P.E.R.U.
Phorget (Forget) Everyone… Remember Us

T.H.A.I.L.A. N.D.
Totally Happy, Always In Love And Never Dull

J.A.K.A.R.T. A
Jambret Ada, Koruptor Ada, Rampok Tentu Ada

sumber: http://celebrity.detikyogyakarta.net dari http://haxims.blogspot.com

Kami mau minta sapi..

PROPOSAL

A. Latar Belakang
Kelompok Tani Paya Lhok merupakan kelompok petani sawit yang saat ini merencanakan untuk memelihara sapi di kebun sawit yang akan di tanam. Sistem peternakan seperti ini bisa mendatangkan keuntungan ganda, yairu bisa merawat kebun sawit dengan baik sekaligus memelihara sapi di lahan sawit tersebut. Kotoran sapi akan sangat bermanfaat sebagai pupuk alami tanaman sawit, sementara kebun sawit akan senantiasa bersih dari gulma karena setiap saat rumput-rumputan akan dimakan oleh sapi.
Atas dasar tersebut, berdasarkan musyawarah kelompok maka disepakati untuk memelihara sapi dalam areal kebun sawit yang direncanakan akan ditamani pada bulan Februari 2010. Kendala utama yang muncul adalah kurannya modal usaha untuk pembangunan kandang sapi kapasitas 100 ekor, modal pengadaan bibit sapi, modal pembuatan kebun rumput gajah untuk pakan sapi serta biaya obat-obatan untuk mengantisipasi gejala penyakit.
Budaya Meugang di Aceh umumnya dan di Aceh Barat Daya khususnya, sangat menguntungkan petani sapi dari segi pemasaran, walau hanya 3 kali setahun, setidaknya itu merupakan pangsa pasar yang bisa dipertimbangkan. Rencana Kelompok Tani Paya Lhok untuk memelihara sapi sebanyak 100 (seratus ekor) pada tahap pertama, dengan target penggemukan sebanyak 50 (lima puluh ekor) dan sisanya akan tetap dipelihara sebagai indukan untuk pengembangbiakan sapi milik kelompok.
Dasar pemikiran tersebut membuat kelompok tani Paya Lhok semakin yakin bahwa usaha ini akan berkembang dan mampu menambah pendapatan petani yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan taraf hidup petani anggota. Target selanjutnya setelah usaha ini berhasil, kelompok tani paya lhok akan mengembangkan usaha ini dengan memberikan bantuan kepada petani lain / kelompok tani lain berupa bibit sapi atau teknis pengembangan yang telah dipraktekkan. Selanjutnya harapan kita semua, seluruh petani dan masyarakat Aceh Barat Daya akan lebih mandiri dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

B. Tujuan
1. Memperoleh modal usaha peternakan sapi dari Pemerintah Aceh.
2. Meningkatkan pendapatan kelompok tani
3. Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran
4. Sebagai ujicoba peternakan penggemukan dan pengembangbiakan sapi


C. Lokasi dan Teknis Pelaksanaan
Usaha peternakan sapi ini akan dilakukan di Desa Alue Jeurujak Kecamatan Babahrot Kabupaten Aceh Barat Daya. Jumlah anggota kelompok tani adalah 50 (lima puluh) orang. Kandang sapi akan di bangun di lokasi kebun sawit anggota kelompok dengan menyediakan lahan seluas 1 (satu) Hektar untuk penanaman rumput gajah sebagai makanan pokok sapi. Sedangkan makanan tambahan didapat dengan mengembalakan sapi di seluruh kebun sawit anggota kelompok seluas 84 (delapan puluh empat) hektar.
Perawatan kesehatan akan melibatkan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Barat Daya, dengan konsultasi penuh setiap saat diperlukan.

D. Rencana Anggaran Biaya

No Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

1
2





3
4
5
Biaya Kandang
Biaya Kebun Rumput
- Pembabatan
- Pengolahan Tanah
- Pengadaan Bibit dan Pengangkutan
- Penanaman
- Pupuk dan Pemupukan
Biaya Pengadaan Sapi
Biaya Obat-obatan
Biaya Adm dan lain-lain
1 Unit

1 Ha
1 Ha
1 Pkt
1 Ha
1 Ha
100 ekor
1 Pkt
1 Pkt
20.000.000.-

800.000.-
1.500.000.-
1.000.000.-
1.000.000.-
7.000.000.-
5.000.000.-
2.500.000.-
3.000.000.-
20.000.000.-

800.000.-
1.500.000.-
1.000.000.-
1.000.000.-
7.000.000.-
500.000.000.-
2.500.000.-
3.000.000.-
Total 536.800.000.-
Terbilang : (Lima Ratus Tiga Puluh Enam Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah)


E. Penutup
Demikian proposal ini kami sampaikan, besar harapan kami Bapak dapat mengabulkan hendaknya. Kami yakin dengan kerja keras, disiplin, kerjasama, pengaturan manajemen usaha yang baik, Insya Allah usaha peternakan ini akan berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Tuesday, January 19, 2010

HADIAH ULANG TAHUNKU..

Puji syukur aku panjatkan ke Hadhirat Allah SWT, yang dengan penuh kasih sayang telah menganugerahkan kepadaku Hadiah dengan sebenar-benar hadiah. Aku gak bisa melukiskan kegembiran di blog ini dengan tulisan dan gak tahu juga bagaimana harus menggambarkannya lewat tulisan. Pokoknya aku gembiraa.. raaa... ra...
Usiaku genap 31 tahun menurut catatan di akte kelahiran dan ijazah – walau sebenarnya bulan yang salah – yang artinya sudah 30 kali aku berulang tahun – meski juga tidak pernah sekalipun dirayakan - . Saat masih sekolah beberapa teman pernah memberiku hadiah ulang tahun (istilah mereka), namun aku tak pernah membalas saat gantian mereka yang berulang tahun. Pelit mungkin, tapi sesungguhnya aku tidak setuju dengan istilah ”ulang tahun”.
Hadiah-hadiah itu tak pernah aku ingat karena aku memang tak ingin mengingatnya. (toh, ada yang cuma memberikan permen). Aku tak pernah berniat mengingat semua itu, walau juga tak ingin aku lupakan.
Sekarang, di ultah yang ke 31 (menurut catatan itu), aku mendapat hadiah yang sangat istimewa dan mungkin tak akan aku lupakan seumur hidup. Alhamdulillah, aku tak henti-hentinya bersyukur menerima hadiah ini. Hemmm...meski besar tanggung jawabku untuk menjaga dan merawat hadiah itu hingga sempurna dan (Insya Allah) kelak akan menambah bobot bumi dengan kalimah :
......... LAILAHAILLALLAH .............
Aku tak tiada henti bersyukur dan sangat tidak sabar untuk memberitahukan kegembiaraan ini pada dunia. Yach, aku ingin dunia tahu bahwa hari ini aku telah mendapat hadiah yang sangat istimewa dari hadiah-hadiah yang pernah aku peroleh dalam hidupku. Saking gembiranya, aku sempat berucap bahwa, kalau aku harus mati sekarang, aku udah ikhlas.. ya ampun, sampai sebegitu senangnya..
Semoga dia selamat, semoga dia akan menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, agama dan bagi dunia. Aku punya banyak impian yang belum sempat aku raih (entah karena belum ada kesempatan atau karena belum ada kemampuan). Aku punya impian baru dengan hadiah ini, aku berharap, andai Allah mencabut nyawaku sebelum semua mimpi-mimpiku dapat kuraih, semoga Allah memberi kesempatan kepada ”hadiahku” ini untuk merwujudkan semua mimpi-mimpi itu.. Amin..
Tugasku sekarang harus menjaga dan merawatnya dengan baik, memberinya makanan yang halal dan terus berdoa semoga dia senantiasa sehat serta selalu dalam Lindungan-NYA..
Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah memberikan amanah kepadaku. Bantu aku Ya Allah, bantu aku agar bisa menjaga amanah-MU ini dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Monday, January 18, 2010

ANALISA PENGEMBANGAN TANAMAN PADI POLA SRI / ACONG ORGANIK DI KECAMATAN JEUMPA (Sebuah Proposal)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian pada sektor pertanian, sehingga peranan sektor pertanian dalam menunjang pembangunan nasional perlu dikembangkan. Pembangunan sektor pertanian tidak lain diupayakan untuk dapat meningkatkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan.
Usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tidak hanya memberikan nilai tambah untuk peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga para petani, tetapi juga sangat mendukung perluasan kesempatan kerja dan wirausahatani, pengembangan agribisnis, dan penyediaan pangan bergizi bagi penduduk (Rahmat Rukmana, 1994:12)
S. Hadibroto (1979 : 93) menyatakan bahwa :
” Tujuan Perusahaan adalah memperoleh pendapatan (laba atau keuntungan). Maka dari itu pentinglah masalah penetapan pendapatan dipandang dari semua unsur yang menentukan besarnya pendapatan tersebut. Salah satu unsur ialah biaya. Biaya merupakan korbanan ekonomi untuk berproduksi”. Selanjutnya Mubiyarto (1987 : 68) menyatakan pula bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan.
Menurut Manulang (1975 : 178) secara umum dapat dikatakan bahwa elemen-elemen biaya produksi meliputi biaya bahan mentah, bahan pembantu, biaya tenaga kerja, biaya umum dan biaya penjualan.
”Prinsip yang penting dalam setiap petani dapat menguasai pengaturan biaya produksi usahataninya, tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi tersebut. Harga ini ditentukan oleh faktor yang ada di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, petani harus menguasai biaya persatuan komoditi yang dihasilkan bila ingin meningkatkan pendapatan bersih usahataninya (Sukartawi et al., 1986 : 2).
Sistem of Rice Intensification (SRI) / Acong organik salah satu cara dalam mengoptimalkan potensi tanaman; kemampuan tanah, fungsi air, juga teknik budidaya menjadi satu rangkaian sistem yang akan memberikan produktivitas lahan lebih baik, pertumbuhan yang normal pada masing-masing biomasa tanaman sangat berpengaruh pada struktur tanaman, apalagi didukung oleh fungsi tanah sebagai sebuah pabrik yang terus bekerja /bioreaktor. sehingga produksi SRI telah didapatkan hasil yang meningkat 32 % bahkan 2 kali lipat dari cara biasa (konvensional). Sehatnya tanah akan memberikan dukungan terhadap normalnya pertumbuhan tanaman yang pada gilirannya akan diperoleh makanan yang sehat, dengan kandungan karbohidrat tinggi, atau zat lainnya
Bibit padi ditanam tunggal secara satu persatu dengan umur pesemaian 5-7 hari. Bibit padi yang masih memiliki keping biji ini ditanam dangkal dengan akarnya diletakkan mendatar/leter L sehingga memudahkan tumbuhnya ruas, akar dan anakan. Dengan demikian semaian tidak memerlukan bibit padi yang banyak, cukup dengan 3-5 kg untuk 1 hektar sawah yang semula memerlukan 30 kg bibit, dan pembibitan dapat dilakukan dalam besek bambu atau pipiti /nampan/alas plastik utuk areal yang lebih luas sehingga memudahkan dalam pemindahannya. Karena penanaman tunggal para pemula seringkali arep-arepeun menunggu tumbuhnya tanaman dan munculnya anakan. Setelah sebulan berlalu baru mereka bisa melihat bahwa dengan cara SRI akar dan anakan tumbuh lebih kuat dan lebih banyak dari pada bibit yang ditanam tua dan banyak. Jarak tanam bibitpun cukup lebar, ada yang 30x30 cm, 40x40cm, bahkan ada yang 50x50cm. Jarak tanam yang renggang ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan anakan dan sangat memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanah, selain terhindar dari persaingan nutrisi, energi dan aktivitas perakaran.
Penggunaan kompos dalam cara SRI meningkatkan populasi mikroorganisme (Azospirillum, Azotobacter, Phosphobacteria, dll) dalam rhizosphere secara berlipat dibandingkan dengan cara konvensional. Lebih lanjut dapat dikemukakan pada cara konvensional populasi Azospirillum dalam akar hanya 65 ribu/mg memberikan 20 anakan dan hasilan 2 ton/ha, sementara dengan cara SRI / Acong organik yang menggunakan kompos populasi Azospirillum menjadi 1,5 juta/mg memberikan 80 anakan dan hasilan diatas 10 ton/ha. Adapun penggunaan pupuk NPK pada cara SRI justru menurunkan populasi Azospirillum dalam akar menjadi kurang dari 0,5 juta/mg sekalipun masih memberikan 70 anakan dan hasilan maksimum 9 ton/ha.
Sejalan dengan gagasan dan kondisi saat ini serta akibat yang telah ditimbulkan, maka budidaya model SRI / Acong organik adalah salah satu cara yang dapat ditawarkan dan dilakukan sebagai upaya perbaikan pada lahan /agro-ekosistem serta prilaku uahatani , SRI / Acong organik diartikan salah satu upaya budi daya padi seksama dengan management perakaran, yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air dengan mengutamakan berjalannya aliran energi dan siklus nutirisi untuk memperkuat suatu kesatuan agroekosistem.
Budidaya model SRI / Acong organik merupakan sistem produksi pertanian yang holistic dan terpadu, dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup berkualitas dan berkelanjutan, sehubungan dengan hal itu maka model pertanian SRI / Acong organik ini adalah salah satu pilihan untuk dibangun dan dikembangkan, karena penggunaan air yang hemat merupakan salah satu langkah dalam mengantisipasi krisis air.
Dari hasil kunjungan rombongan (Tim Silaturrahmi) Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan ke beberapa desa dalam Kabupaten Aceh Barat Daya, di Triwulan IV Tahun 2009, ada indikasi keengganan masyarakat untuk berusahatani padi secara SRI / Acong organik, baik itu karena ketakutan akan serangan hama keong mas dan anjing tanah maupun kurang yakinnya mereka terhadap keberhasilan program ini.

B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Pengembangan Tananam Padi Pola SRI / Acong organik di Lahan Kekurangan Air ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan padi pola Sri / Acong organik di Kecamatan Jeumpa dan sekaligus untuk memberikan keyakinan pada masyarakat tentang efektivitas dan efesiensi budidaya padi pola SRI / Acong organik yang pada gilirannya masyarakat tani lainnya akan mengikuti pola budidaya ini.

C. Hipotesa
1. diduga, budidaya padi pola SRI / Acong organik lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan pola biasa yang dilakukan oleh masyarakat.
2. diduga, budidaya padi pola SRI / Acong organik layak untuk dikembangkan di Kecamatan Jeumpa bila ditinjau dari aspek ekonomi.










II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Padi
1. Botani Tanaman Padi
Kingdom : Phyta
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Orde : Graminales
Family : Gramineae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.

2. Syarat Tumbuh :
o Daerah dataran rendah s/d 1300 m dpl
o Beriklim panas dan lembab
o Curah hujan 1500 mm – 2000 mm/tahun
o Temperatur 20 – 370 C
o Tanah subur dg fraksi pasir, debu dan liat seimbang
o Tanah memiliki top soil 18-22 cm dg pH 4-7
o Berpangairan bagus

3. Benih
a. Varietas yang sudah teruji tahan terhadap hama dan penyakit baik varietas lokal maupun nasional
b. Rasanya enak, disenangi pasar dan harga jualnya tinggi
c. Varietas yang produksi dan produktifitasnya tinggi
d. Varietas yang umurnya pendek (genjah)
e. Varietas yang sesuai dengan iklim dan jenis lahan setempat
f. Benih Unggul Bermutu dan bersertifikat
g. Daya kecambah > 90%
h. Kebutuhan benih 5 – 7 kg/ha.
Untuk Kabupaten Aceh Barat Daya, varietas yang sesuai adalah : IR 66, IR 64, Mira-1, Pandan Wangi, Fatmawati, Sintanur, Ciherang dll.

4. Tempat Persemaian
Persemaian dapat dilakukan secara basah ataupun kering. Persemaian basah dilakukan pada lahan sawah yang telah dipersiapkan dan dialasi dengan plastik, karung goni atau tikar.

5. Penanaman
1) Tanam Muda
2) Tanam Tunggal (1 batang/bibit)
3) Tanam Dangkal
4) Tanam Jarang
5) Tanam Kering

6. Perawatan Tanaman
1. Penyisipan tanaman/bibit padi yang mati
2. Pengaturan air (Intermiiten)
3. Penyiangan rumput
4. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
5. Pemupukan Susulan

B. Peluang Pengembangan SRI
1. Pangan
SRI / Acong organik salah satu cara dalam mengoptimalkan potensi tanaman; kemampuan tanah, fungsi air, juga teknik budidaya menjadi satu rangkaian sistem yang akan memberikan produktivitas lahan lebih baik, pertumbuhan yang normal pada masing-masing biomasa tanaman sangat berpengaruh pada struktur tanaman, apalagi didukung oleh fungsi tanah sebagai sebuah pabrik yang terus bekerja / bioreaktor.

2. Pekerjaan
Kegiatan budidaya SRI di beberapa daerah telah membangkitkan semangat berusahatani terutama keterlibatan para petani dalam penyediaan sarana yang digunakan dalam usahanya seperti : pengadaan bahan organik, pembuatan kompos, pengembangan Mikro Organisme Lokal dan pembuatan pestisida nabati yang langsung dikerjakan para petani sendiri.

3. Energi
Pengelolaan agroekosistem pada budidaya metoda SRI mengutamakan potensi alam lebih optimal (kearifan lokal), aktivitas biota dalam tanah didukung dengan upaya upaya mengintensifkan pengelolaannya yang diintegrasikan oleh penggunaan air sesuai dengan kebutuhan aktivitas pertanaman dan ekologi tanah.
4. Budaya
Kegiatan usahatani yang turun temurun adalah kekuatan budaya masyarakat di pedesaan namun demikian beberapa hal yang telah menjadi image/budaya terkadang memberikan dampak negatif seperti : tanaman padi yang sejak semai sampai panen harus terus digenang, beberapa perlakuan terhadap benih yang mau ditanamkan terjadi pengrusakan biomasa. SRI / Acong organik melakukan kebalikan dari apa yang telah dilakukan pada cara konvensional, sehinga dengan melaksankan pola SRI / Acong organik ini diharapkan kondisi tanaman berawal dari benih yang bernas, sehat tanpa ada kerusakan. Sehingga akan didapat sebuah budaya yang mengarah pada norma-norma saling menguntungkan dan berkesinambungan tanpa harus saling merusak dan bukan menghilangkan budaya persaingan yang bersifat merugikan.

5. Lingkungan
Keharmonisan lingkungan di berbagai ekosistem tercipta dari sebuah pemikiran dan tindakan yang dperbuat, pada gilirannya hidup sehat akan dirasakan di berbagai kehidupan ekosistem serta unsur-unsurnya. Sysem Of Rice Inensification dalam pengalamannya menawarkan sekaligus memberi oleh-oleh, dalam kurun waktu 7 tahun penerapan pengelolaan akar tanaman padi sehat yang mengintegrasikan pengelolaan tanah yang dijadikan sebuah pabrik, pengelolaan tanaman dengan menjaga dan mempertahankan potensi tumbuhnya serta pengelolaan air yang merupakan sumber energi, nutrisi lebih efisien dan efektif. Sebagai pendukung agar SRI / Acong organik mampu diterapkan para pelaku usahatanai



C. Pupuk Organik
Tanah-tanah pertanian dikatakan subur jika mengandung tiga bahan utama yang proporsional dan seimbang, yaitu pasir, liat dan bahan organik. Kebanyakan tanah-tanah pertanian khususnya sawah, kandungan bahan organik sudah sangat rendah. Peningkatan kandungan liat tanah disebabkan oleh tingkat pemakaian pupuk kimia yang cenderung semakin tinggi dari waktu ke waktu. Peningkatan rekomendasi pemakaian pupuk kimia (anorganik) sebagai konsekuensi keterbatasan kemampuan tanah menyediakan sendiri (self supply) unsur hara oleh tanah.
Pupuk Organik adalah suatu jenis pupuk yang diproduksi dari bahan-bahan organik yang tersedia di sekitar petani, terutama sebagai limbah pertanian. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik memberi dampak ganda baik secara ekonomi maupun secara ekologi dan sosial. Dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk organik, dampak negatif tersebut di atas akan berkurang atau hilang sama sekali. Disisi lain limbah yang sudah dijadikan pupuk organik dapat bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi tanah, tanaman, lingkungan dan kesehatan manusia.
Banyak cara dan proses pembuatan pupuk organik dari bahan limbah pertanian. Namun disini kita ambil beberapa cara sesuai dengan bahan baku utamanya.







III. LANGKAH KERJA DAN ANALISA BIAYA

A. Langkah Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Papan Nama, Hand Tractor, Cangkul, Garu, Parang, Hand Sprayer, Tali Rafia, Karung Goni, Tempat Persemaian Plastik, Caplak, alat Landak, Kayu, Terpal plastik dan lain-lain.





Bahan-bahan yang digunakan adalah : Benih Padi Mira I, Jerami, Kotoran ternak, Mineral, Dedak, Sekam Arang, Bioakrifator (EM4, Vermo, atau MOL).






2. Perlakuan Benih

Benih unggul bermutu, belum tentu menjamin bernasnya benih. Untuk memperoleh benih yang bernas, lakukan langkah-langkah berikut :


a. Sediakan air secukupnya dalam ember atau wadah lainnya.
b. Larutkan garam secukupnya dan masukkan telur ayam atau itik sampai mengapung
c. Keluarkan telur ayam/itik dan masukkan benih dalam air garam dan aduk
d. Buang benih yang mengapung dan ambil benih yang terbenam
e. Cuci benih dengan air bersih sampai larutan garam hilang
f. Masukkan benih dalam karung yang tembus air dan rendam selama 1 x 24 jam
g. Angkat benih dari perendaman dan tiriskan
h. Peram benih selama 1 x 24 lagi dan siap di semai ke tempat persemaian.








3. Membuat Tempat Persemaian
Persemaian dapat dilakukan secara basah ataupun kering. Persemaian basah dilakukan pada lahan sawah yang telah dipersiapkan dan dialasi dengan plastik, karung goni atau tikar.
3.1. Langkah-langkah pembuatan persemaian basah :
a. Siapkan lahan seluas 200 m2 untuk setiap 5-7 kg benih.
b. Buat bedeng sesuai ukuran plastik atau alas lain yang akan dipakai.
c. Tutup bedeng dengan plastik atau alas yang telah dipersiapkan
d. Taburkan tanah yang telah dicampur kompos 1:1 atau 1:2 setebal 2 cm
e. Siram media tanah/persemaian dengan menggunakan gembor
f. Sebar benih di atas tanah secara jarang dan merata
g. Jika menggunakan alas plastik yang tidak tembus air, media persemaian dapat dilakukan penyiraman setiap hari bila tidak turun hujan
h. Benih siap dipindahkan dan ditanam mulai umur 7 hari sampai 12 setelah persemaian










3.2. Langkah-langkah pembuatan Persemaian Kering :
a. Persemain kering dilakukan dalam besek, plastik wadah kurma, karung goni, kulit ayang pinang dll.
b. Siapkan besek atau wadah lainya sebanyak 500 – 700 buah atau secukupnya
c. Siapkan tanah yang telah dihancurkan dan campur dengan kompos dengan perbandingan 1:1 atau 1:2
d. Masukkan tanah kedalam besek setebal 2-3 cm
e. Siram dengan air sampai basah
f. Taburkan benih yang telah diperam secara merata dan jarang.
g. Atur dan tempatkan tempat persemaian di atas rak yang punya naungan atau balai-balai






h. Usahakan sinar matahari dapat mengenai seluruh tempat persemaian agar bibit padi tumbuh kuat dan hajau
i. Jaga kelembaban media dengan menyiram setiap hari jika perlu.


Pemindahan bibit ke lahan dianjurkan pada umur bibit 7 – 12 hari. Pemindahan/penanaman muda memiliki keuntungan :
a. Bibit tidak stress dan langsung tumbuh
b. Masih memiliki cadangan makanan pada butir padi di bagian akarnya
c. Pembentukan akar lebih banyak dan kuat
d. Anakan produktif lebih banyak dan
e. Potensi produksi lebih tinggi.



4. Persiapan Lahan
a. Pengolahan mengunakan traktor, hand traktor, bajak dan cangkul secara dalam (+ 30 cm)
b. Taburkan pupuk kompos 3-5 ton/ha pada saat pengolahan tanah.
c. Diamkan selama 7 hari agar tanah bagian bawah yang telah diolah terkena sinar matahari. Usahakan tanah dan kompos tidak tercuci pada saat hujan
d. Setelah 7 hari tanam dinjak-injak dengan kaki sambil membenamkan sisa tanaman dan rumput-rumputan
e. Lakukan penghancuran dan penggemburan sehingga terbentuk struktur lumpur yang sempurna lalu diratakan sebaik mungkin
f. Genangi lahan selama 7 hari agar semua reaksi anaerobik tanah dapat berlangsung sempurna.
g. Setelah 7 hari air dikeluarkan sampaik kondisi tanah macak-macak.
h. Buat bedengan dengan menggali parit disekeliling lahan dan antar bedeng 30 x 30 cm. Parit ini berfungsi untuk menjaga kelembaban lahan dan mengendalikan hama keong mas.
i. Buat larikan tanam dengan menggunakan caplak dengan ukuran jarak tanam 30 x 30 cm, 30 x 40 cm atau 40 x 40 cm.
j. Penanaman bibit dilakukan 1 (satu) bibit tiap titik/ lubang tanam
k. Ditanam dangkal dan membentuk huruf L






5. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman padi setelah penanaman, dilakukan sejak hari pertama setelah penanaman. Perawatan meliputi :
a. Penyisipan tanaman/bibit padi yang mati
Penyisipan tanaman dapat dilakukan sejak hari pertanam setelah selesainya penanaman seluruh bibit. Kemungkinan penyisipan terjadi akibat bibit padi diserang hama keong mas, mati atau adanya beberapa titik yang tidak tertanami. Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sejenis yang merupakan bibit sisa/ cadangan setelah penanaman.



b. Pengaturan air (Intermiiten)
Pengaturan air merupakan kunci sukses tidaknya penanaman padi dengan pola SRI/Acong. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa padi bukanlah tanaman air, namun untuk pertumbuhan dan perkembangannya sangat dibutuhkan air. Karenanya sawah tidak perlu digenangi sepanjang waktu, tetapi disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan kebutuhan air.
Pengaturan air di awal penanaman juga menentukan tingkat tinggi rendahnya serangan hama keong mas.

Berikut ini adalah jadwal kebutuhan air pada pertanaman padi.
Umur (hst) Kondisi Air di Persawahan
1 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 80
> 80 Macak-macak
Genangi sedalam 3-5 cm (penyiangan I)
Macak-macak
Genangi sedalam 3-5 cm (penyiangan II)
Macak-macak (penyetopan anakan)
Genangi 6-7 cm
Macak-macak
Genangi 5-7 cm sampai 10 hr menjelang panen

c. Penyiangan rumput
Penyiangan rumput dalam budidaya padi sehat dengan metode SRI/ Acong bukan hanya sekedar mencegah dan menghilangkan rumput dalam persawahan.
Penyiangan rumput menggunakan alat sederhana berupa landak atau alat mekanis berupa power rider. Penyiangan rumput dilaksanakan terutama pada saat tanaman berumur 15 hst dan 30 hst. Berikut ini gambar alat dan cara penyiangannya.






d. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Dalam budidaya padi sehat, prinsip utamanya adalah mengurangi dan menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia sebagai sarana produksinya. Karenanya dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT), konsep pengendalian hama terpadu (PHT) sebagai salah satu teknologi yang diadopsi.
Penggunaan pestisida yang dianjurkan dalam sistem budidaya padi sehat (organik) adalah pestisida nabati. Pestisida nabati ini dapat dihasilkan oleh petani sendiri dengan bahan baku yang mudah diperoleh di sekitarnya.

e. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan sangat diperlukan dalam budidaya padi sehat. Pemupukan susulan dilakukan setiap 10 hari sekali dan disesuaikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik berupa mikro organisme lokal (MOL) dengan cara disemprotkan ke tanaman. MOL dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah didapat dan merupakan bahan limbah pertanian. MOL yang dibuat dan digunakan disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam masa pertumbuhan vegetatif (1-40 hst), MOL yang digunakan adalah MOL untuk menghasilkan sebanyak mungkin anakan. MOL yang dipakai adalah MOL Sayuran, MOL Koeng Mas, MOL Rebung. Sedang dalam masa pertumbuhan (41-80 hst) digunakan MOL kates yang berfungsi menekan pertumbuhan vegetatif atau anakan. Proses pembuatan MOL dan cara penggunaannya akan dijelaskan dalam bagian berikut ini.

6. Pembuatan Pupuk Organik dari Jerami Padi
Jerami padi adalah bahan baku utama yang mudah dan murah di dapat petani sebagai limbah dari sisa panen padi.
a. Persiapan Tempat dan Bahan:
- Jerami padi, rumput, dan/atau bahan limbah tanaman lainnya sebanyak 100 kg.
- Pupuk kandang/kotoran ternak sebanyak 10 kg
- Mineral atau bahan campuran dedak dan abu sekam sebanyak 5 kg
- Bioaktifator (EM4, Vermo, atau MOL) sebanyak 1 liter .
- Siapkan tempat berupa Jambo atau pelindung agar terhindar dari hujan dan matahari langsung.






b. Proses Pembuatannya :
- Jerami atau bahan limbah tanaman dicencang/dirajang sehingga berukuran 5-10 cm
- Kotoran ternak dihaluskan
- Buat tumpukan jerami/bahan hijauan 10-20 cm
- Tambahkan diatasnya kotoran ternak setebal 2-3 cm secara merata.
- Tebarkan di atas kotoran ternak mineral secara merata juga
- Siram secara merata bahan lapisan dengan campuran bioaktifator dengan perbandingan 1 bagian biotifator dan 4 bagian air.
- Lapisi kembali di atasnya dengan bahan jerami, kotoran ternak, mineral dan siram kembali dengan bioaktifator/ mikro organisme lokal (MOL) seperti lapisan pertama.
- Buat tumpukan/lapisan dengan ketinggian 80-100 cm.
- Tutup bahan lapisan dengan plastik yang kedap udara dan air, sehingga suhu bahan tumpukan berkisar 40-500 C.
- Biarkan proses pelapukan berlangsung 5-7 hari.
- Setelah hari ketujuh, penutup dibuka dan bahan lapisan/ campuran di aduk merata.
- Kemudian ditutup kembali sampai hari ke 10 bahan sudah bisa dibiarkan terbuka dan diangin-anginkan sampai hari ke 15.
- Setelah hari ke 15, pupuk organik/kompos dapat dimasuk dalam karung dan sudah siap digunakan.



B. Metode Penerapan
1. Penentuan Calon Petani dan Calon Lahan (CP / CL)
Penentuan Calon Petani dan Calon Lahan (CP / CL) akan dilaksanakan pada Bulan Januari 2010. Target Luas Lahan 20 Ha (dua puluh hektar) dan jumlah petani disesuaikan dengan kepemilikan lahan di hamparan yang terpilih.
Penentuan Calon Petani dan Calon Lahan (CP / CL) didasarkan pada kelompok tani / anggota tani yang bekerja pada satu luas hamparan yang sama dengan kriteria sebagai berikut :
a. Lahan mempunyai pengairan teknis dengan debit air yang cukup.
b. Lahan merupakan satu hamparan yang tidak terpisah.
c. Petani yang dipilih adalah petani yang loyal terhadap pimpinan dan bersedia menerima anjuran dari pendamping atau petugas yang ditunjuk.
d. Petani bersedia mengikuti pelatihan dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan.
e. Petani yang bersedia bekerja keras untuk kesuksesan kegiatan ini.

2. Pelatihan dan Pendampingan
Pelatihan Petani akan dilaksanakan pada bulan Februari 2010. pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan pembuatan pupuk kompos dan pelatihan budidaya pola SRI / Acong organik. Selain itu juga akan dilaksanakan praktek langsung ke lapangan, baik cara pengolahan / pembuatan pupuk kompos maupun cara budidaya padi pola SRI / Acong organik.



3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Kampung Baru Kecamatan Jeumpa Kabupaten Aceh Barat Daya dari Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2010. Luas lahan yang digunakan adalah 20 Ha (Dua puluh hektare).

C. Analisa Biaya
No Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Papan Nama 1 Unit 750.000 750.000
2 Hand Tractor (Sewa) 20 Ha 800.000 16.000.000
3 Tali Rafia 10 Glg 3.500 35.000
4 Karung Goni 2.000 Buah 2.000 4.000.000
5 Terpal Plastik 20 Meter 3.000 60.000
6 Caplak 5 buah 50.000 250.000
7 Landak 5 Buah 150.000 750.000
8 Benih Padi 140 KG 15.000 2.100.000
9 Jerami 1 Paket 500.000 500.000
10 Kotoran Ternak 1.400 Kg 1.000 1.400.000
11 Mineral 20 Kg 40.000 800.000
12 Dedak 4.000 Kg 500 2.000.000
13 Sekam Arang 400 Krg 2.500 1.000.000
14 Bioakrifator (EM4, Vermo, atau MOL). 1 Paket 355.000 355.000
15 Biaya Pendampingan ( 2 Org x 6 Bulan) 12 OB 1.000.000 12.000.000
16 Biaya Pelatihan Petani 2 Kali 4.000.000 8.000.000
Total 50.000.000

PENUTUP

Demikian proposal ini kami susun, dengan harapan dapat dikabulkan hendaknya, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan kerja selanjutnya. Akhirnya terima kasih yang tak terhingga kami haturkan pada semua pihak yang telah ikut membantu baik dalam penyusunan proposal maupun dalam pelaksanaan pekerjaan pengambangan budidaya padi pola SRI / Acong organik yang akan datang.

















DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto, S., 1997. Pengantar Ilmu Ekonomi Perusahaan. Ichtiar Baru, Jakarta.
Hasan Muslim, Pengaruh Tingkat Pemupukan Kompos (Organik) dan Jarak Tanam Padi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oriza Sativa L.) di Kabupaten Aceh Barat Daya, 2009
Manulang, M., 1975. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mubyarto, 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Rukmana, R.,1994. Bertanam Kangkung dan Bayam. Penerbit Kanisius, Jogjakarta.
Soekartawi et al., 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia, Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sutaryat Alik, Sistem Pengelolaan Pertanian Ramah Lingkungan dengan Metoda System Of Rice Intensification (SRI), 2009

Tuesday, January 5, 2010

RENCANA KERJA PENYULUHAN PERTANIAN

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.

Wiriaatmadja (1977) mengartikan bahwa penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan (belajar-mengajar), yang dalam prakteknya mempergunakan cara-cara seperti peniruan, pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit sekali dilakukan sementara paksaan malahan dihindarinya. Kadang-kadang keadaan masyarakat memerlukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan makna penyuluhan secara teoritis. Hal demikian terpaksa diterima asal saja untuk kepentingan seluruh masyarakat, tidak lama kelangsungannya dan tidak bersifat menambah kesukaran atau penderitaan dari yang sudah ada.

Pembangunan pertanian adalah merupakan bagian integral pembangunan nasional dalam pengoperasiannya untuk mewujudkan peningkatan dan peran sektor pertanian dalam mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja, mempertahankan swasembada pangan serta penganekaragaman hasil-hasil pertanian.

Peranan sektor pertanian yang bermakna sentral bagi perekonomian nasional tersebut, terbukti dalam perjalanan pembangunan nasional telah dapat memberikan hasil yang optimal bagi bangsa kita. Oleh karena itu kita berupaya untuk meningkatkan kemampuan petani-petani agar mereka mampu memproduksi hasil-hasil pertanian yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak terlepas dari faktor sumberdaya manusia pertaniannya itu sendiri sebagai pelaku pembangunan pertanian dan kelembagaan yang merupakan tempat kegiatan pembangunan pertanian yang menghubungkan antara penyuluh pertanian dengan anggota kelompok tani maupun sebagai media di dalam mempercepat penyampaian teknologi dan informasi pertanian.

Pentingnya metode penyuluhan dalam menunjang keberhasilan penyuluhan pertanian menjadi hal yang perlu untuk diketahui secara komprehensif melalui pengalaman secara langsung di lapangan sebagai perbandingan empiris dari teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan mengenai kegiatan penyuluhan.

2. Tujuan

Adapun tujuan membuat rencana kerja penyuluh pertanian lapangan antara lain sebagai berikut :

a. Wahana untuk mempersatukan keinginan dalam menjalankan kegiatan pertanian antara penyuluh dengan petani.

b. Panduan atau acuan dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

c. Bahan untuk evaluasi sejauh mana kegiatan penyuluh pertanian telah barjalan dan sekaligus mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam mencapai tujuan.

d. Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan Pemerintah Daerah dalam menyusun program pembangunan.

3. Sasaran

Adapun yang menjadi sasaran dalam pembuatan program ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan perilaku, sikap dan ketrampilan para petani yang telah tergabung dalam suatu wadah kelompok tani, sehingga mampu mengelola usahataninya dengan baik.

b. Dengan meningkatnya sumberdaya manusia pertanian diharapkan mampu meningkatkan produksi usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.


BAB II

KEADAAN UMUM WILAYAH

I. Biofisika

1. Deskripsi Wilayah

Wilayah kerja kunjungan dan supervisi Penyuluhan Pertanian adalah 3 Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng.

Data luas areal wilayah kerja kunjungan dan supervisi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Luas Areal Wilayah kerja kunjungan dan supervisi Tahun 2009

No

Nama Kecamatan

Luas Lahan

Sawah

Pekarangan

Tegalan

Perkebunan







1

Kuala Batee

6.255

1.142

3.276

-

2

Jeumpa

680



-

3

Manggeng

2.507

2.039

1.431

-

Jumlah

8.762

3.181

4.707

0

Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009

2. Karakteristik Tanah dan Air

Data keasaman tanah (pH) di wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng belum tersedia data yang konkrit, sebagai dugaan dengan merujuk kepada keadaan vegetasi yang dominan di ketiga Kecamatan tersebut sebagai berikut : pH 4,2 s/d 7,5, kemiringan 8,17 dan kedalaman gambut 1,5.

3. Curah Hujan Rata-rata

Curah hujan sangan berpengaruh dan berguna untuk menetapkan keputusan pola tanam dan pemilihan komoditi dan varietas serta mengetahui keadaan air sepanjang tahun. 2008 Rata-rata curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Curah Hujan Rata-rata

Tahun

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan

(hr)

Bulan Basah

Bulan Kering

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

4144.7

4349.6

4307

3705

4397

2642

5181

3329

4235

3636.9

3994

3698.5

134

157

125

125

136

121

133

137

154

132

136

127

12

9

10

11

9

7

11

8

12

9

10

11

-

3

2

1

3

2

-

2

-

3

2

1

Jumlah

Rata-rata

47.619,7

3968.3

134.75

86,62

119

9,91

19

1,58

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan 2008.

4. Luas Pemilikan Lahan

Adapun luas pemilikan lahan di Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng sebagai berikut :

Tabel 3. Luas Lahan Menurut Jenis Pengairan

No

Kecamatan

Luas ( Ha )

Teknis

Semi Teknis

Sederhana

Tadah Hujan

Jumlah

1

Kuala Batee

-

1.144

1.283

-

2.428

2

Jeumpa

-

5

813

-

818

3

Manggeng

-

1,008

617

-

1.625

Jumlah

0

2.157

1.900

-

4.053

Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009

5. Luas Pemilikan Lahan Kering

Luas Pemilikan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Pemilikan Lahan Kering

No

Kecamatan

Luas ( Ha )

Jumlah (Ha)

Pekarangan

Tegalan

Ladang/ Huma

Tidak Diusahakan

1

Kuala Batee

1,142

3,276

-

26,827

31,245

2

Jeumpa

10.142

-




3

Manggeng

2,039

1,431

-

5,481

8,951

Jumlah

13.323

4,707

0

32,245

40,196

Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009

6. Sumber Daya Manusia

Dalam rangka pembangunan pertanian, selain sumber daya alam sebagai modal utama, sumber daya manusia merupakan faktor pendukung dalam upaya mempercepat proses peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Untuk mengorganisasi sumber daya manusia agar lebih berhasil guna perlu dibentuk dalam wadah kelompok tani.

Sumber daya manusia sangat mempengaruhi dalam kegiatan pertanian. Dalam hal ini sumber daya manusia sebagai pelaku. Pembangunan sangat tergantung pada aspek jumlah sumber daya manusia dan mutu sumber daya manusianya. Data jumlah penduduk dan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan.

No

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Industri RT

Petani

Nelayan

Pedagang

Pegawai

Swasta

Lainnya

1

2

3

Kuala Batee

Jeumpa

Manggeng

52

58

-

2.884

1.354

1.188

53

54

387

375

184

364

224

136

261

295

581

600

160

49

287

Jumlah

110

5.426

494

923

621

1.476

496

Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009

Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No

Nama Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah (jiwa)

1

2

3

Kuala Batee

Jeumpa

Manggeng

8.725

4.792

6.686

9.466

4.865

6.767

18.791

9.657

13.453

Jumlah

20.203

21.098

41.901

Sumber : Katalog BPS, Kecamatan Dalam Angka, 2009

7. Karakteristik Kelompok Tani

Jumlah kelompok tani yang sudah terbentuk di Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng terdapat 110 kelompok tani. Dalam rangka menuju pertanian yang teguh dan mandiri, maka perlu mendapat perhatian dalam hal kelas kelompok tani dan pembinaan yang memadai untuk meningkatkan sumber daya kelompok tani.

Adapun data kelas kelompok tani dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Kelompok Tani Menurut Kelas Kelompok.

NO

Kecamatan

KELOMPOK TANI MENURUT KELAS

KET

PEMULA

LANJUT

MADYA

UTAMA

JUMLAH









1

Kuala Batee

22

39

6

4

71


2

Jeumpa


6

3

1

10


3

Manggeng

8

11

7

3

29










Jumlah

30

56

16

8

110


BAB III

MASALAH DAN PEMECAHANNYA

1. Masalah

Masalah yang dimaksud disini adalah kesenjangan antara keadaan dengan tujuan yang ingin dicapai. Masalahnya yang terjadi di lapangan secara umum dapat ditinjau dari aspek ekonomi, teknis dan sosial.

Dalam hal ini ada beberapa masalah yang dihadapi para petani dalam mengelola usahataninya sebagai berikut :

a. Masalah lemahnya permodalan para petani dalam berusahatani.

b. Masih kurangnya kesadaran petani dalam hal pola tanam serentak khusus tanaman padi, sehingga tanaman sering diserang hama.

c. Kerjasama di tingkat anggota tani dalam kelompok masih kurang.

d. Masih kurang yakinnya petani dalam keberhasilan program go organik, sehingga mereka enggan melaksanakan pertanian organik.

e. Masih kurang kesadaran petani dalam mencari informasi baru.

2. Pemecahannya

Untuk keberhasilan program kerja penyuluhan pertanian di wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng , maka diperlukan upaya-upaya pemecahan masalah yang timbul dalam satu tahun anggaran secara berkesinambungan. Upaya-upaya pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Untuk membantu permodalan para petani diupayakan melalui dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan Program-program lain yang bisa diusahakan serta perlu juga ada tabungan kelompok tani.

b. Adanya kesepakatan dalam hal penanaman serentak yang disepakati oleh keujreun blang dan ditindaklanjuti di tingkat Kecamatan oleh Muspika agar tercapai penanaman serentak.

c. Melakukan kunjungan dan memberikan bimbingan kepada anggota tani yang bernaung di wadah kelompok tani.

d. Memberikan Pelatihan-pelatihan kepada petani tentang pola Sistem of Rice Intentification (SRI) / Acong organic serta mempraktekkannya langsung sehingga para petani yakin dan mau melaksanakannya di masa-masa mendatang.

e. Memberikan dorongan kepada kelompok tani agar mau mencari informasi baru melalui penyuluhan secara terus menerus.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian wilayah Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Jeumpa dan Kecamatan Manggeng pada tahun 2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Rencana kerja penyuluhan pertanian ini merupakan pedoman dan petunjuk arah dalam penyelenggaraan tugas-tugas penyuluh di lapangan.

b. Rencana kerja ini sebagai pedoman dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan juga sebagai tolak ukur sejauh mana kegiatan penyuluh pertanian telah berjalan dan permasalahan apa saja yang dihadapi selama satu tahun anggaran dan mengevaluasi tahun yang akan datang.

2. Saran

Program kerja ini telah disusun dengan segala kemampuan yang ada. Namun masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu diharapkan dari instansi terkait agar dapat mendukung demi terwujudnya rencana kerja yang lebih sempurna.

Putriku..

Putriku..
Saat pengambilan foto untuk Visa..

Putriku tercinta..

Putriku tercinta..

ponakan

ponakan
Keren..

Followers