Tadi pagi, setelah bersiap-siap di rumah aku akan ke Desa Tetangga, Alue Pisang. karena ada urusan yang harus aku selesaikan di rumah pak Basidin. walau tidak semua selesai (karena satu dan lain hal), aku berniat hendak melihat pengumuman IIEF, sambil buka-buka email.
aku menyetop angkutan umum di depan rumah pak Basidin, di dalam angkutan sudah ada beberapa penumpang, mahasiswa Unmuha, dua orang tuna netra yang ditemani oleh ajudan pribadinya. aku sempat berpikir, tumben pagi ini anggkutan dipenuhi oleh tuna netra, apa mobil ini memang langganan mereka..?
di Gunung Cut, mobil di stop lagi oleh calon penumpang yang hendak mencari rezeki di tempat lain. dan, lagi-lagi yang naik tuna netra bersama sang ajudan. pikiranku kembali melayang tak tentu arah. aneh...
mobil melaju tanpa terjadi keanehan apapun lagi..
setelah melewati jalan panjang Cot Manee - Ikulhung, kami memasuki desa Padang Makmur yang artinya akan mengucapkan good bye untuk Kecamatan Jeumpa. Desa pertama Kecamatan Susoh adalah Ujung Padang, dari jembatan sudah terlihat keramaian di mesjid desa itu, aku sedikit berpikir, apa disitu terjadi kecelakaan..?
ternyata mereka berkumpul di mesjid, sedang bergotong royong. oh, ternyata cuma orang-orang yang lagi bergotong royong..
mobil dihentikan oleh beberapa pemuda, untuk meminta sumbangan ikhlas dari sopir dan para penumpang. seorang bapak-bapak menyodorkan kotak bekas mie instant ke dalam mobil, dimana aku duduk diapit oleh bapak-bapak yang tuna netra. aku mau memberikan sumbangan itu, tapi uang kecil yang ada di dompet cuma Rp. 5.000. uang itu sedianya akan aku gunakan untuk ongkos Rp. 3.000,- jadi sisanya Rp. 2.000.- tak apa kalau aku berikan untuk sedekah. tapi, malu rasanya harus meminta kembalian dari bapak itu..
bagaimana ini..?
di tengah kebingunganku dan ditengah pandangan penumpang yang saling memandang, bapak tua tuna netra di sebelah kananku, tanpa ragu mengeluarkan tumpukan uang dari kantong celananya, setelah sedikit meraba-raba untuk mencari uang seribuan, beliau menyodorkan uang itu kedalam kotak mie instant yang dari tadi tak ada yang mengisi..
Masya Allah, aku malu pada diriku sendiri... aku malu dan sangat-sangat malu dengan keadaan ini..
pak tua tuna netra itu mencari sedekah sepanjang hari, mengumpulkan koin demi koin untuk menyambung hidupnya. tapi begitu ikhlas (menurutku) memberikan sedekah pada orang lain pula.
beliau yang kehidupannya sangat jauh dari mapan, beliau yang kehidupannya harus disambung dengan meminta kemurahan hari orang lain setiap hari, begitu gampang dan mudahnya memberi sedekah. sementara aku..?
Ya Allah..
Kenapa aku begitu pelit dan harus berpikir ini itu untuk mengeluarkan uang yang (oleh Allah) telah diberikan dengan lebih mudah kepadaku...?
ach.. aku tak sanggup melanjutkan tulisan ini.. pikiranku masih kacau..